Laporan kecelakaan Sriwijaya SJ 182
Laporan kecelakaan Sriwijaya Air Boeing 737
Ringkasan laporan:
Berdasrakan laporan akhir kecelakaan, catatan perbaikan menunjukkan 65 instansi sejak 2013 untuk masalah teknis yang tidak terselesaikan dengan autothrottle yang mengontrol sisi sempit turbofans CFM56. KNKT merngidikasikan secara resmi bila pilot bisa melakukan monitoring kerusakan lebih baik lagi pada parameter mesin, pengatur tuas dorong, dan sudut putar pesawat, yang menggulung lebih dari 45 derajat ke kiri setelah autopilot dilepaskan pada ketinggian sekitar 10.700 kaki.
Laporan:
Laporan akhir yang dikeluarkan oleh Komisi Nasional Keselamatan Transportasi. KNKT, menyatakan bila kecelakaan fatal diakibatkan oleh sistem throttle otomatis yang rusak, dimana pilot gagal untuk mengawasi dengan seksama.
Pengawas menemukan bahwa ketika pilot bisa mengontrol tuas pendorong secara manual dan pesawat bisa lanjut terbang tanpa auto throttle yang berfungsi normal, selama penerbangan SJ182 ini Pilot tidak mengawasi dengan baik kondisi pendorong asimetris.
Mereka juga menemukan bila tuas mesin kiri diturunkan secara signifikan menjadi 34% kecepatan setelah terbang, sedangkan tuas kanan tetap berada di posisi awal pada kecepatan 92%.
“Kesalahan dengan tidak mengidentifikasi penyimpangan bisa jadi dikarenakan pengawasan aktif yang menurun sebab kepuasan otomasi pilot dan kecenderungan konfirmasi bahwa pesawat berada diarah yang benar sesuai komando. Tanpa menggunakan EADI [Indikator Arah letak Elektrik, ed.-] sebagai acuan utama dalam menentukan arah pesawat, pilot tidak mampu untuk menerapkan input pemulihan yang benar,” KNKT menjelaskan.
Peningkatan dorongan asimetris bisa saja dihentikan bila sistem Cruise Thrust Split Monitor (CTSM) pesawat berfungsi dengan baik. Namun, pengawas menilai bila “ada kesalahan pada nilai sinyal kebocoran” yang mengakibatkan kegagalam CTSM.
Sebagai konsekuensi, dorongan asimetris menjadi lebih besar, dan pesawat berbelok ke kiri, alih-alih ke kanan seperti yang dimaksud. Pesawat mengalami yang disebut dengan kondisi tumbang, selama ketinggian penerbangan dan kecepatan terbang melebihi batas normal sebagaimana yang sudah dirancang.
Pada ketinggian sekitar 10.700 kaki, autopilot dilepas secara penuh, membuat pesawat erguling ke kiri lebih dari 45 derajat yang menyebabkan Boeing 737 menyelam ke dalam laut.
KNKT menemukan masalah teknik dalam catatan perawatan dpada PK-CLC berusia 26 tahun yang sudah dilaporkan selama 65 kali sejak 2013.
Tidak ada artikel dengan kategori ini. Bila ada subkategori ditampilkan pada halaman ini, mungkin ada artikel yang berkaitan.
Tidak ada artikel di dalam kategori ini. Jika sub-kategori tampil di halaman ini, maka mungkin mengandung artikel-artikel.